“Kesemrawutan” Valparaiso nan Menawan

Tak salah jika tuan rumah Chile memilih Viña del Mar sebagai kota tempat pertemuan Menteri-Menteri Bidang Perdagangan APEC (APEC MRT) yang berlangsung pada 17-18 Mei 2019. Kota dengan kontur perbukitan yang terletak di sebelah barat laut Ibukota Chile, Santiago ini merupakan salah satu tujuan wisata. Banyak hal menarik yang disuguhkan kota ini. Mulai dari wisata alam, kuliner, hingga budayanya.

“Flower Clock” atau jam yang terbuat dari rangkaian bunga dan merupakan ikon Viña del Mar pun dijadikan sebagai tempat foto bersama para Menteri-Menteri Bidang Perdagangan yang menghadiri perhelatan APEC MRT 2019. Bahkan hotel tempat berlangsungnya APEC MRT 2019 terletak persis di pinggir pantai. Deburan ombak Samudra Pasifik, hembusan angin laut, tarian burung-burung camar, serta langit biru menjadi penyejuk di sela-sela pertemuan.

Pantai-pantai di Viña del Mar merupakan wisata alam unggulan yang juga menjadi tujuan pelancong berjemur di musim panas. Sekalipun pertemuan tersebut berlangsung di musim dingin, namun Viña del Mar tidak kehilangan pesonanya.

Sedangkan untuk wisata kulinernya, di tempat ini tersebar berbagai macam restoran dan bar. Mulai dari makanan khas Chile yang juga menyuguhkan aneka hidangan dari hasil laut segar, makanan dari negeri tetangga seperti Peru, bahkan makanan khas suku Mapuche; hingga berbagai varian ‘wine’ produksi Chile. Tempat-tempat bersejarah, seperti kastil dan museum juga menjadi pilihan berwisata di Viña del Mar.

Namun, permata yang tersembunyi sesungguhnya berada tidak jauh dari Viña del Mar. Valparaiso, atau Valpo, begitu orang lokal menyebutnya, adalah kota tetangga Viña del Mar.

Valparaiso adalah “Kesemrawutan” yang Menawan. Tak heran jika kota ini ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO. Sering juga disebut sebagai Ibu Kota Budaya Chile. Valpo yang merupakan kota pelabuhan menawarkan autentisitas yang menarik hati siapa pun yang berkunjung ke sana. Hanya butuh waktu sekitar 1,5 jam dari ibukota Chile, Santiago ke tempat ini; dan hanya 15 menit dari Viña del Mar, kota tempat berlangsungnya penyelenggaraan APEC MRT 2019.

Dulu, kota pelabuhan ini pernah berjaya. Valparaiso adalah pelabuhan utama pada rute antara Atlantik dan Pasifik melalui Selat Magellan. Namun, sejak dibangunnya terusan Panama pada 1914, masa keemasan Valparaiso berangsur-angsur surut karena kapal-kapal tak lagi singgah di Valparaiso.

Kenapa “semrawut”? Masih begitu lekat kesan pertama saat memasuki Valpo. Jalanan di Valpo adalah labirin penuh kejutan yang berupa tanjakan dan turunan curam, serta tikungan tajam.  Tanpa rasa takut, pengemudi kendaraan yang membawa kami ke tempat ini dengan lihai tanpa mengurangi kecepatannya dan menaklukkan tantangan bagaikan permainan di gawai. Pemandangan Samudra Pasifik dari kejauhan turut memanjakan mata dan membuat kota ini begitu memesona.

Kejutan lain yang membuat terpana adalah mural atau coretan-coretan seni jalanan yang tak terhitung jumlahnya. Perjalanan panjang bagi Valpo yang terkenal dengan muralnya. Muralisme di Valparaiso dibawa dari Meksiko di tahun 1940-an oleh seorang diplomat Chile sekaligus penyair dunia terkenal bernama Pablo Neruda, peraih Nobel untuk sastra tahun 1971. Dia lah yang membawa pengaruh Muralisme ke Valpo ketika kembali dari penugasannya di Meksiko dengan mengundang seniman Meksiko ke Valpo.

Usai kematiannya, pada masa rezim Jenderal Augusto Pinochet, berbagai bentuk seni di Chile dilarang keras. Termasuk muralisme di Valpo, yang merupakan kota kelahiran Pinochet. Pada masa inilah seni jalanan di Valparaiso menjadi simbol perlawanan kekuasaan Pinochet. Muralisme digunakan sekelompok orang sebagai wadah untuk melukiskan pesan-pesan yang kuat. Walaupun nyawa jadi taruhannya, kelompok ini tetap bertahan dan berperan penting merebut kembali Demokrasi Chile yang terampas.

Pada akhirnya, setelah keruntuhan rezim Pinochet,  Pemerintah Daerah Valpo kembali melegalkan seni jalanan dan mendukung seniman jalanan untuk berkarya. Seni jalanan jadi cara merayakan kebebasan berekspresi. Mural-mural di kota itu pun kembali hidup dan menghiasi Valpo. Seni jalanan itu juga lah yang kemudian menjadi jiwa kota ini. Mural di Valpo dapat dengan mudah dapat dijumpai di setiap sisi dan sudut kota. Tidak hanya dinding-dinding luar bangunan tua, tapi dinding bagian dalam, tangga dan jalanan, hingga papan nama gedung jadi kanvas kreativitas seni jalanan di sini. Beragam tema menjadi inspirasi. Ada gambar-gambar yang sekedar dekorasi, tapi tak sedikit pula yang menjadi sumber kreativitas seni jalanan ini, mulai dari pemandangan, sosial-politik, sejarah, seksualitas, hingga budaya Mapuche.

Siapkan stamina yang cukup untuk mengeksplorasi Valparaiso. Gang-gang kecilnya yang menanjak dan menurun curam layak untuk dijelajahi. Restoran dan kedai-kedai makan di bangunan-bangunan tua yang dihias sedemikan rupa dengan warna-warninya baik di dalam maupun di luar ruangan terasa sangat mengundang.

Toko-toko kecil yang menjual hasil karya dan kerajinan seniman lokal juga membuat kita betah berlama-lama dan ingin membelinya. Dinding-dinding mural bahkan turut menjadi hiasan terbuka bagi seniman yang hanya mampu menjual karyanya dengan menggelar meja di pinggir jalan.

Suvenir-suvenir yang dijual di Valpo sungguh khas dan tak akan dijumpai di Santiago. Lukisan-lukisan kota Valpo mudah dijumpai di toko-toko suvenir. Kreasi mural pun dijadikan gambar-gambar pada kartu pos. Yang menarik adalah jika kita bisa menemukan kartu pos dengan gambar yang pernah kita lewati atau bahkan kita gunakan sebagai spot foto.

Begitu pula dengan perhiasan yang menggunakan batu nasional Chile, Lapis Lazuli yang berwarna biru. Batuan ini adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Chile. Batuan ini ditambang suku Inca kuno dan orang-orang pra-Kolombia sejak ribuan tahun lalu sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa.

Jika mulai kehabisan napas, berhentilah sejenak sambil menikmati mural-mural yang ada di depan mata. Atau jika sudah kelelahan, jangan lewatkan pengalaman unik dengan menaiki kereta tua yang merupakan alat transportasi di sana. Ascensor Reina Victoria merupakan kereta funicular Valpo yang menghubungkan jalan Elias ke Paseo Dimalow yang dibangun di abad ke-19 tepatnya pada 1903.

Alat angkut ini berupa sebuah kereta kabel atau kereta gantung berbentuk kotak yang dapat menampung hingga 15 orang untuk naik atau pun turun. Nikmati pemandangan bukit-bukit dan samudera dari kejauhan saat menaiki kereta kabel ini.

Kreativitas ini pun menular hingga konsep penginapan. Salah satunya ‘wine box hotel’. Penginapan yang dibangun dari kontainer ini dihias dengan kreativitas tinggi. Warna-warni ala Valparaiso menghiasi setiap sudut hotel ini. Kemana pun kita menoleh, setiap warna dan gambar yang tersaji memanjakan mata. Di bagian atasnya, tepat di hadapan samudra pasifik, dijadikan tempat bersantai menikmati kota Valparaiso. Di area parkirnya ada ruang yang agak tersembunyi tempat membuat wine.

Tidak hanya itu, Valpo meninggalkan jejak-jejak masa keemasan sebagai pelabuhan yang berkembang pesat di abad ke-19. Arsitektur dari Spanyol dan Prancis juga mewarnai kota ini. Komunitas angkatan laut menjulukinya sebagai “Little San Fransisco” atau “Permata Pasifik”.

Valpo, adalah kota yang menjadi dirinya sendiri. Ketidakteraturan yang menghiasi kota ini, warna-warni mural yang dilukis di berbagai tempat tanpa pola khusus, kabel-kabel yang menjuntai-juntai dari berbagai arah, labirin gang-gang curam, dan samudra pasifik yang terhampar memberikan kesan kuat akan kebebasan menjadi diri sendiri. Valpo adalah kejutan warna-warni yang tak kan ada habisnya.

***

Leave a comment