Kisah dari Semarang (Lagi!!)

“Tidak pernah ada yang namanya kebetulan. Semarang selalu menapaktilasmu. Bahkan kisahmu muncul dari cerita si Bapak Gojek baik hati yang mengantarku. Aku hanya bisa terdiam mendengar kisah yang dilontarkan.. dan kisah itu menari-nari di benakku sepanjang perjalanan.. Ah, kamu… masih saja menemaniku.. ” Semarang, 2017

————————————————————————————————————————————-

Sesedikit apapun waktu yang dimiliki, jika ada kesempatan untuk mengunjungi tempat baru, maka gunakanlah. Moto itu lah yang membuatku berhasil mengunjungi beberapa tempat di Semarang, sekali pun dengan gojek.

Dalam 5 jam yang aku punya, eksplorasi Semarang di pagi itu diawali dengan rencana melihat “Kuburan VW” yang terlihat cukup menarik dan cukup banyak dipamerkan di Instagram. Setelah mendapatkan detail perjalanan dari internet, diantar sang Bapak gojek, perjalanan pun dimulai pukul 7 pagi.

Di perjalanan, aku dan Bapak gojek ngobrol dan alhasil si Bapak bersedia untuk di’charter’ setengah hari untuk mengantarku ke beberapa tempat tujuan. Biayanya? “terserah mbk saja”, kata si Bapak.. Aku malah bingung jadinya.. 😀 urusan biaya dipikirkan kemudian lah.. 😀

Namun, semakin mendekati patokan daerahnya, tempat yang dituju tidak kunjung ketemu. Kami sempat berputar-putar beberapa saat lamanya dan bertanya ke orang-orang sekitar. Bukan “kuburan VW” yang ditemukan, tapi bengkel VW. Bengkel VW juga tempat yang menarik. Sayang, aku dilarang mengambil foto di sana 😛

Alhasil, dengan kesimpulan bahwa “Kuburan VW” sudah tidak ada lagi di sana, maka kami langsung memutar haluan. Aku minta diantar ke “Brown Canyon” atau galian C. Jalan menuju tempat ini cukup menantang. Masuk melalui perumahan masyarakat dan jalan yang cukup berbatu-batu. Untungnya semalam sebelumnya sempat hujan, sehingga debunya tidak mengebul.

Truk-truk pengangkut lalu lalang di tempat ini. Spot yang menarik dan lain dari biasanya. Bukit-bukit batu yang menjulang tinggi dan sebagian besar sudah rata dengan tanah.

Dari galian C, si Bapak malah mengantarkanku ke Gereja Gedangan dan Susteran St. Fransiskus. Tempat relijius ini tidak seperti Gereja Blenduk. Kedua tempat ini bukan tempat-tempat yang sering dikunjungi wisatawan. Si Bapak ternyata kenal baik dengan komunitas gereja ini. Jadi, aku cukup beruntung bisa masuk sambil dipandu dan ditemani si Bapak.

Dari situ, kami mengisi perut di Gule Kambing Bustaman. Warung makan ini memanfaatkan bangunan tua dekat Gereja Blenduk.

Perjalanan dilanjutkan ke sebuah bangunan yang dipenuhi akar yang masih berada di kota lama. Sayang, eksplorasi tidak bisa maksimal, mengingat waktu yang tersisa tidak cukup banyak.

Tujuan selanjutnya ke Pasar Johar yang bangunannya terkenal dengan pondasi cawan. Pasar Johar ini masih dalam kondisi belum diperbaiki setelah terbakar beberapa waktu lalu. Saat sedang melihat-lihat, aku dihampiri seseorang yang meminta “uang keamanan” secara sukarela.

Tempat terakhir yang aku kunjungi adalah Kawasan Pecinan. Kunjungan hari itu ditutup dengan membeli oleh-oleh lumpia Semarang Gang Lombok.

Kapan-kapan, kalau ada waktu, aku masih mau mengeksplorasi kawasan kota lama ini, di pagi hari atau di sore hari.. Tapi sepertinya, memang akan kembali ke tempat ini.. 😉

***

 

 

Leave a comment